Sunday, February 16, 2014

Catatan ASF #1


Pada semester 6 ini, setiap pagi hari Selasa saya tidak ada kelas, sehingga saya berniat untuk setiap hari Selasanya bangun siang (bangun subuh kemudian tidur lagi). Di minggu pertama, benar saya bangun pukul 07.30, tetapi saya dikagetkan dengan jarkom SMS dari angkatan kalau ada kelas pagi itu jam 8 pagi sementara saya baru benar-benar bangun dan belum bersiap-siap sama sekali. Oke, selanjutnya saya melanjutkan saja apa yang sudah terjadi, tanpa lihat waktu langsung bersiap dan baru siap pukul 08.00. Saya sampai di Farmasi sekitar pukul 08.30, lalu melihat dua teman saya sedang santai duduk-duduk di sofa lobi kemudian dari mereka katanya kelasnya diundur jam 10.00. 

Oke, baik sekali, dengan perut lapar tanpa sarapan saya bergegas ke Farmasi mengejar kelas ternyata kelasnya diundur. Informasi diberikan lewat media whatsapp, sementara saya tidak aktif di whatsapp tanpa buka laptop (maklum, hp bukan android), sedikit komplain dengan teman pengurus, tetapi yasudahlah.

Jadi begini, di kelas pertama itu, dosen banyak mengantarkan kami kepada materi apa saja yang akan diberikan dan bagaimana sistem penilaiannya.  Singkatnya akan ada 3 dosen yaitu Ibu Maryati, Ibu Yahdiana, dan Pak Hayun, dengan persen bobot penilaiannya masing-masing. 1 SKS cukup banyak dihabiskan terkait dengan pengantar tersebut, selanjutnya dosen pertama, Ibu Maryati menjelaskan singkat terkait dengan materinya.

Ibu Maryati menjelaskan bahwa apabila ingin mengidentifikasi alkaloid, maka senyawa tersebut perlu diisolasi terlebih dahulu bisa dengan digunakan NH4OH ditambah CHCl3, nanti pada lapisan CHCl3nya akan terdapat senyawa alkaloid tersebut dan juga ada senyawa fenol, sementara pada lapisan airnya akan terdapat senyawa sulfat dan barbital. Pada pengisolasian tersebut, tidak boleh menggunakan NaOH karena senyawa fenolnya dapat membentuk garam fenolat yang mana artinya akan terdapat pada lapisan airnya sehingga dengan demikian dapat mengecoh pengamatan yang seharusnya pada prosedur biasanya adanya di lapisan CHCl3. 

Apabila ingin mengisolasi senyawa barbital maka perlu dilakukan pada suasana asam sekitar pH 1-3. Sementara untuk senyawa sulfa dapat digunakan aseton, namun apabila digunakan aseton, maka tidak dapat membedakan antara alkaloid dengan sulfa karena senyawa alkaloid juga dapat bereaksi dengan aseton.

Kemudian, dijelaskan terkait bagaimana caranya mengidentifikasi bahan berkhasiat yang terdapat dalam suatu sediaan farmasi, artinya bahan berkhasiat tersebut perlu dikeluarkan dari bentuk sediaannya terlebih dahulu. Dalam hal ini, ibu Maryati menjelaskan apabila bahannya berada dalam bentuk emulsi/suspensi dan salep/suppositoria.

Apabila dalam bentuk emulsi/suspensi, maka sediaan tersebut ditambah dengan alkohol 96% kemudian diuapkan di atas waterbath (jangan dengan kontak api langsung, bisa gosong), penambahan alkohol tersebut dilakukan beberapa kali hingga emulsi tersebut pecah sehingga bahan berkhasiat sudah dapat keluar dan diidentifikasi lebih lanjut. Dalam suatu emulsi, emulgator yang biasa digunakan diketahui biasanya GOM atau CMC. Dalam hal ini, apabila menggunakan GOM maka akan lebih mudah pecah, hanya dalam 1 kali penambahan alkohol saja sudah dapat pecah, sementara apabila digunakan CMC maka perlu ditambahkan hingga 3 kali baru bisa pecah, dengan kata lain dalam hal ini CMC memiliki kekuatan ikat yang lebih besar dibandingkan dengan GOM. Selain dengan penambahan alkohol 96%, dapat pula dilakukan dengan metode destilasi.

Sementara untuk bentuk salep dan suppositoria, caranya adalah dengan diletakkan bahan tersebut di dalam beaker glass kemudian ditambahkan dengan air, dipanaskan sehingga meleleh, didinginkan atau didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan minyak dan lapisan air. Bahan berkhasiat dapat diambil dari lapisan airnya (tergantung kelarutan, biasanya bahan berkhasiat dalam suppositoria bersifat polar sehingga larutnya di dalam air).

Identifikasi pada bahan atau zat berkhasiat tersebut dapat diawali dengan reaksi pendahuluan yang terdiri dari pemerian, kelarutan, pH larutan, pemijaran, reaksi nyala, reaksi warna, sublimasi, kristal aseton-air, dan reaksi lainnya, selanjutnya dapat dilanjutkan dengan reaksi khusus.

Pada pemerian, yang perlu diperhatikan adalah bentuk, warna, bau, dan rasanya. Terkait dengan rasa memang perlu dicobakan karena ini berhubungan dengan obat yang penggunaannya memang dengan cara diminum, maka perlu dicobakan dengan cara merasakannya menggunakan ujung lidah, apakah memberikan rasa kekebalan, asin, manis, atau pahit, dan seterusnya. Sementara untuk zat-zat yang sekiranya beracun maka tidak perlu dirasakan. 

Pada kelarutan, perlu diuji kelarutan zat berkhasiat tersebut di dalam air, etanol, HCl, NaOH, dan seterusnya. Kata dosen saya, kalau misalnya sudah dapat larut di dalam air, tidak perlu lagi diuji dengan etanol. 

Terkait dengan pH larutannya, dapat dilakukan uji warna fluoresensinya. Apabila dilarutkan dalam pH asam, netral, atau basa, dilihat seperti apa warna yang ditimbulkannya. Misalnya saja pada senyawa alfa naftol yang pada pH basa, dapat memberikan fluoresensi hijau biru. 

Pemijaran dapat dilakukan di atas spatel  menggunakan spiritus. Kemudian diamati pemijarannya. Lalu dalam hal ini juga dapat diketahui terkait dengan sisa pemijaran, jadi bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadahnya yang sesuai yang tahan panas dalam tanur, kemudian pada waktu yang ditentukan, diamati ada atau tidaknya sisa pijar. Setiap bahan tertentu akan memberikan warna tertentu pada sisa pijarnya bahkan ada yang tidak memberikan sisa pijar seperti Hg dan As. Sementara contoh senyawa yang memberikan sisa pijar adalah kalium dan natrium (sisa pijar berwarna putih) dan Bi (kuning jingga).

Reaksi nyala dapat dilakukan menggunakan kawat platina (kawat platinanya dibersihkan terlebih dahulu). Senyawa natrium memberikan warna kuning (dalam hal ini, uji natrium lebih tepatnya dengan menggunakan metode pembentukan kristal dengan asam pikrat yang mana nantinya jika diamati dapat memberikan bentuk diamond), kalsium memberikan warna merah bata, barium berwarrna hijau biru, dan stronsium berwarna merah anggur.

Reaksi warna dilakukan di atas plat tetes. Jadi zat tersebut ditambahkan dengan asam sulfat kemudian difluoresensi lalu diamati, dilakukan pula bagaimana jika ditambahkan HCl pekat, AgNO3, KOH etanol, atau lainnya. Setiap zat akan memberikan warna tertentu, bisa dibandingkan dengan standarnya untuk mengetahui.

Sublimasi dilakukan dengan cara menggunakan erlenmeyer, spiritus, kaca objek, semacam cincin, dan kapas yang dibasahi. Di dalam erlenmeyer ditambahkan air, kemudian di atasnya diletakkan kaca objek, lalu diatasnya kaca objek diletakkan cincin tersebut dan ditambah dengan bahan yang diidentifikasi dan ditambah juga dengan pereaksinya, lalu ditutup dengan kaca objek lainnya dan di atasnya diletakkan kapas yang sudah dibasahi. Erlenmeyer berisi air dipanasi menggunakan spiritus yang menyala. Pada hitungan 1-5 kaca objek yang paling atas diamati di bawah mikroskop, bentuk kristalnya yang kemudian diamati. Perlu diambil pada hitungan 1-5 karena jika lebih dari itu, kristal yang terbentuk bisa menumpuk sehingga nantinya dapat mengganggu pengamatan.

Reaksi menggunakan kristal dan air, prinsipnya sama yaitu adanya pembentukkan kristal dan kristalnya diamati di bawah mikroskop. Perlu diketahui terlebih dahulu, jadi bahannya itu larutnya di mana, apabila larutnya di aseton maka larutkan di dalam aseton, kemudian letakkan di atas kaca objek lalu ditetesi terus menerus sampai membentuk kristal. Atau sebaliknya, apabila larutnya di dalam air, maka larutkan di dalam air, lalu letakkan di atas kaca objek dan ditambah atau ditetesi dengan aseton terus menerus hingga membentuk kristal, amati di bawah mikroskop. Setiap zat memiliki bentuknya yang spesifik, dapat dibandingkan dengan standarnya. 

Setelah itu dapat dilakukan reaksi yang khusus yang bisa dilakukan pada tiap bahan atau zat tersebut. Misalnya untuk senyawa alkaloid dapat direaksikan dengan Fe-kompleks, jadi sebelumnya ditambah dahulu dengan HCl encer, baru kemudian ditambah dengan Fe-kompleks, dipanaskan, maka akan membentuk kristal spesifik. Dapat juga ditambahkannya setelah dengan HCl encer, dengan pereaksi Dragendorf, tidak perlu dipanaskan, lalu diamati bentuk kristalnya. Untuk contoh saja, salah satu senyawa alkaloid yaitu Pilokarpin, kristalnya berbentuk pohon.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Tidak banyak materi yang diberikan saat itu, mohon maaf apabila ada yang salah dari penjelasan saya, semata-mata ini hanya catatan saya, bisa saja saya salah mendengar sehingga salah yang dicatat. Untuk lebih yakinnya silakan cari dari literatur lain yang lebih terpecaya. Terima kasih banyak sudah berkunjung. Semoga sedikitnya dapat bermanfaat :D

Thursday, February 13, 2014

Catatan Bioteknologi Farmasi #1

Pada hari Senin, 10 Februari 2014, saya pertama kali mendapatkan mata kuliah bioteknologi. Di hari pertama ini, kami diberikan pengantarnya terlebih dahulu, diajak menelusuri hal-hal apa saja yang akan dipelajari pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Di hari pertama ini, kami juga diperkenalkan dengan tugas-tugas yang menanti untuk diselesaikan.

Beberapa hal yang nantinya akan kami pelajari atau pokok bahasannya antara lain konsep bioteknologi dan prospek, disiplin ilmu yang berkaitan, rekayasa genetika dan teknologi rekombinan, terapi gen, pemanfaatan organisme prokariot, keragaman hayati, teknologi bioproses, pengembangan galur, small RNA, dan beberapa hal terkait stemcell.

Bioteknologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, dan lain-lain), termasuk juga virus (virus bukan makhluk hidup karena tidak memiliki sitoplasma dan organel-organel sel, padahal salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah memiliki sitoplasma dan organel-organel sel)  dalam memproduksi suatu bahan. Sementara farmasi merupakan ilmu yang mempelajari teknologi pembuatan obat, serta penyimpanan, penyediaan, dan penyalurannya. Dengan demikian menurut saya, bioteknologi farmasi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup dan juga virus untuk memproduksi obat (mohon maaf apabila salah membuat kesimpulan).

Adanya bioteknologi ini kemudian memberikan dampak adanya obatan-obatan terapetik, agen diagnostik, vaksin (DNA/Rekombinan), terapi gen, implan, dan alat-alat teknologi kedokteran. Coba lihat video di bawah ini. Video tersebut membuat saya mengetahui bahwa bioteknologi itu terdiri dari red biotechnology (diterapkan pada obat-obatan), green biotechnology (diterapkan pada agrikultur), white biotechnology (diterapkan pada biofuel and biopolimers), grey biotechnology (diterapkan pada pemeliharaan keragaman hayati dan bioremediation), dan blue biotechnology (diterapkan di laut dan pada fresh water organisms).


Perlu diketahui atau mungkin pembaca sudah mengetahui bahwa pembuatan bir dan tempe merupakan salah satu penerapan bioteknologi. Untuk mempelajari bioteknologi, diperlukan pemahaman yang cukup baik pada pengetahuan berbasis molekuler. Bioteknologi kini berkembang pesat, terutama obat-obatan hasil bioteknologi, karena dapat menyembuhkan penyakit yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan. Kemudian kata dosen saya, Ibu Amarila, "Bioteknologi merupakan topik utama di masa depan."

Contoh produk bioteknologi yang sudah sebagian besar masyarakat mengenalnya, yaitu insulin. Insulin merupakan protein pendek atau peptida sehingga lebih mudah direkayasa. Melakukan rekayasa bisa menggunakan inang atau host, tetapi biasanya lebih mudah apabila menggunakan inang. Inang yang biasa digunakan sejak dahulu adalah bakteri E. coli, karena dinilai bahwa E. Coli peneliti telah memiliki informasi yang cukup banyak tentang E. coli dibandingkan dengan inang bakteri lainnya. Namun kelemahannya, produk hasil rekayasanya bisa jadi tidak fungsional ketika diterapkan di manusia berhubung jenis selnya berbeda dengan manusia, E. coli merupakan bakteri prokariotik, sementara manusia selnya berupa eukariot. 

Melakukan produksi senyawa bioteknologi (dalam kelas pertemuan tersebut dijelaskan mengenai hal tersebut tetapi tidak begitu mendalam, tidak tahu ini benar atau tidak, karena cepat sekali penjelasannya) dalam jumlah besar terdiri dari tahapan kultivasi dan proses hilir. Kultivasi dilakukan pada inangnya. Kultivasi yang dilakukan harus sesuai dengan sistem ekspresinya, medium yang digunakan juga perlu untuk diperhatikan. Pada proses hilir skala besar, yang dilakukan antara lain filtrasi/sentrifugasi, presipitasi, dan kromatografi. Sebelum dilakukan kultivasi, perlu melakukan studi mendalam terkait dengan peranan-peranan dari senyawanya yaitu ujung N dan C-nya, modifikasi kimia, glikosilasi, proses proteolitik, dan pembentukan badan inklusi protein.

Dampak dari adanya bioteknologi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terdapat obat-obatan kelas baru dan agen diagnostik. Obat-obatan kelas baru memerlukan pemahaman patofisiologi, deskripsi penyakit yang baru yang sebelumnya belum bisa diatasi, kemudian dapat diatasi dengan obat-obatan kelas baru ini. Obat-obatan tersebut berupa protein dan peptida. Obat yang dibuat perlu memiliki stabilitas, formulasi, dan penyimpanan yang baik. Contoh agen diagnostik adalah ELISA.

Contoh produk bioteknologi farmasi yang ada saat ini antara lain insulin untuk penyakit diabetes melitus, faktor VIII untuk hemofilia, tPA untuk stroke, Human Growth Hormone untuk growth failure, eritropoietin rekombinan untuk anemia, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, kami dijelaskan secara singkat bagaimana proses dilakukannya kloning DNA/RNA, tetapi saya khawatir apa yang saya jelaskan di sini atau yang saya tuliskan di sini salah. Sebelum saya jelaskan saya mohon maaf terlebih dahulu. Saya mencoba mengingat kembali apa yang dosen saya katakan dan mengingat-ingat kembali penjelasan dari catatan yang saya tulis di buku catatan kuliah saya, karena cepat sekali penjelasan dosennya, saya takut ada yang saya salah catat.

Berdasarkan yang saya catat, tertulis bahwa yang biasa dibuat kloningannya adalah mRNA eukariot dibandingkan dengan mRNA prokariot. Karena pada mRNA eukariot, sudah tidak ada lagi eksonnya, sementara pada mRNA prokariot masih ada eksonnya sehingga apabila diterjemahkan maka ekspresi dari eksonnya dapat menggagalkan pembentukkan protein yang dibutuhkan. Oleh karena itu yang cenderung digunakan adalah mRNA eukariotnya sehingga proses penterjemahan menjadi lancar tanpa adanya ekson.

Kembali berdasarkan yang saya tuliskan di buku catatan (maaf sekali lagi kalau saya salah menjelaskan) jadi katanya dulu untuk mengekstraksi RNA, tidak dilakukan secara langsung melainkan dimulai dari protein dahulu. Jadi yang diisolasi proteinnya. Protein kemudian dipotong menjadi asam amino, lalu asam amino dideduksi menjadi sekuens-sekuens DNA penyandi, kemudian disintesis menjadi oligonukleotida yang selanjutnya digunakan sebgai probe untuk mengisolasi gen/cDNA di pustaka genom.

Baru selanjutnya, dapat dilakukan pengekstraksian RNA secara langsung yaitu dengan mendapatkan mRNA lalu dibuat menjadi cDNA agar lebih stabil (mRNA untai tunggal, tidak stabil, cDNA untai ganda, stabil) dengan bantuan enzim tranksipsi balik. Contoh produk bioteknologi yang menggunakan cara ini adalah insulin. Insulin awalnya didapatkan dengan cara mengekstraksi pulau langerhans sehingga didapatkan mRNA dalam jumlah banyak kemudian ditranskripsi balik menjadi cDNA. Apabila berada dalam bentuk terlarut sehingga tidak terlihat, maka dapat digunakan pelacak seperti agarose gel, yang kemudian dipotong, dimasukkan ke dalam vektor, diligasi (disambungkan), baru kemudian dimasukkan ke dalam inang sehingga bisa diproduksi di dalamnya. Setelah itu perlu adanya yang mengarahkan--semacam "mode of action" produk protein tersebut menjadi fungsional karena kadang-kadang protein yang diproduksi tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, hanya sebagian saja yang berhasil. Hasil produksi juga dipengaruhi oleh inang/hostnya, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus terhadap inang tersebut, misalnya jumlah oksigennya.

Bioteknologi menurut saya benar-benar menjadi pilihan teknologi untuk masa depan. Teknologi ini cocok karena ramah lingkungan. Produk zaman sekarang banyak menghasilkan limbah yang berpolusi dan tidak bermanfaat, contohnya saja vitamin C. Vitamin C dibuat secara kimiawi dan menghasilkan limbah yang tidak bersahabat terhadap lingkungan. Oleh karena itu, melalui bioteknologi dapat diproduksi vitamin C yang bersifat ramah lingkungan. Karena telah diketahui adnaya mikroorganisme yang dapat menghasilkan senyawa yang termasuk ke dalam lintas metabolisme asam askorbat atau ascorbic acid.
Diketahui bahwa proses produksi vitamin C adalah sebagai berikut:

D-Sorbitol --> L sorbose --> 2 KLG --> L-ascorbic acid

Terdapat mikroorganisme yang terlibat dalam metabolisme tersebut yaitu Corynebacterium, Brevibacterium, dan Arthrobacter karena dapat menghasilkan senyawa KLG melalui proses berikut:

2,5-DKG --(2,5 DKG reduktase)--> 2-KLG (dalam 1 lintas metabolisme)

Di sisi lain terdapat mikroorganisme Acetobacter, Gluconobacter, dan Erwinia yang dapat membentuk 2,5 DKG (melalui beberapa lintas metabolisme)

sehingga vitamin C dapat dibuat dengan cara mengekstraksi gen penyandi enzim 2,5 DKG reduktase dari salah satu bakteri (Corynebacterium, Brevibacterium, atau Arthrobacter)  kemudian di klon ke dalam salah satu mikroorganisme di atas misalnya ke dalam Erwinia. 

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Sepertinya banyak kekurangannya. Saya perlu untuk mencari literatur tambahan untuk membuktikan kebenarannya. Ini hanya sebuah catatan, semoga sedikitnya dapat bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :D

Tuesday, February 11, 2014

Catatan Metode Penelitian #1

Pada tanggal 10 Februari 2014 ini, merupakan hari pertama saya di Semester 6 di Fakultas Farmasi. Pada semester ini saya akhirnya mendapatkan mata kuliah metode penelitian yang sejak semester awal sudah saya nanti-nantikan. Berhubung sudah 2 tahun saya berada di Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya UI Departemen Penelitian tetapi belum benar-benar mendalami metode penelitian langsung dari mata kuliahnya, hanya sekedar mendapatkannya dari belajar bersama teman beda fakultas dan dari senior. Teman-teman saya yang berasal dari fakultas berbeda khususnya dari Psikologi dan Sosiologi, sudah sejak semester awal dikenalkan dengan metode penelitian, sementara saya, seperti yang sudah saya ceritakan di awal, baru semester 6 ini saya mendapatkan mata kuliah metode penelitian tersebut.

Mata kuliah ini diajar oleh Pak Mahdi. Ringkas materi yang dibahas oleh beliau dalam 2 SKS hari ini antara lain terkait filsafat penelitian, hakikat penelitian, metode penelitian, komponen metode penelitian, cara ilmiah, kriteria data penelitian, macam-macam data, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif.

Filsafat penelitian. Berdasarkan definisi per katanya, untuk filsafat, definisi di KBBI-nya adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat diartikan juga sebagai teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan. Selain itu, didefinisikan juga sebagai ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika (pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal nonfisik atau tidak kelihatan), dan epistemologi (cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan). Sementara penelitian dalam buku Kerlinger & Lee adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris (berdasarkan pengalaman, terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan), dan kritis mengenai gejala-gejala alamiah yang diarahkan oleh teori dan hipotesis mengenai hubungan-hubungan yang diperkirakan ada di antara gejala-gejala tersebut. Sementara menurut Suparmoko (1991), penelitian merupakan usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyalur hasrat ingin tahu manusia. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat penelitian merupakan teori atau pengetahuan yang mendasari investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis mengenai gejala-gejala alamiah dan dilakukan secara sadar untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru. Dalam hal ini, filsafat penelitian ada 3 macam yang saling berurutan yaitu pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme.

Jadi, paradigma  (model dalam teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir) keilmuan, dimulai dari tahapan yang disebut dengan masa pra-positivisme, yang diawali dari zaman Aristoteles sampai Davide Hume yang aplikasinya dalam penelitian adalah mengamati secara pasif, tidak ada upaya memanipulasi lingkungan dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan. Tahapan ini kemudian berganti dengan masa positivisme, yang mana paradigma ini menjadi dasar metode ilmiah dengan bentuk penelitian kuantitatif yang mencoba  mencari prinsip-prinsip atau hukum-hukum tentang dunia kenyataan. Paradigma berikutnya yang muncul adalah post-positivisme sebagai reaksi atas pendirian positivisme, dalam pandangan ini, kebenaran bukan sesuatu yang tunggal (it is an increasing complexity) sebagaimana yang diyakini positivisme. Namun demikian, paradigma yang paling menonjol di zaman modern ini sepertinya positivisme yang mana kenyatan menunjukkan paradigma ini banyak memberikan sumbangan bagi perkembangan teknologi dewasa ini. Akan tetapi tidak berarti bahwa paradigma ini lainnya tidak berperan, peranannya tetap ada terutama untuk hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh positivistik, terlihat dengan berkembangnya paradigma naturalistik yang telah mendorong berkembangnya penelitian kualitatif. Kelihatannya paradigma tersebut seperti saling menghilangkan namun lebih tepatnya bersifat saling melengkapi. (Keterangan: satu paragraf ini diambil dari sini.)

Berikut merupakan perbedaan antara pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme.


Hakikat Penelitian. Hakikat suatu penelitian adalah bahwa cara ilmiah untuk mendapatkan data atau informasi adalah sebagaimana adanya bukan sebagaimana seharusnya, dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Perbedaan metode penelitian zaman dahulu dan zaman modern antara lain, pada zama dahulu, penelitian yang dilakukan berupa hal coba-coba (trial and error), didasarkan pada pengalaman dengan lebih banyak menggunakan pengalaman pribadi tetapi sedikit menggunakan pengalan orang lain, naluri, dan perkembangan akibatnya lambat, sementara pada zaman modern, cara coba-coba dioptimumkan, pengalaman yang digunakan lebih banyak yang berasal dari orang lain sementara yang berasal dari pribadi direduksi, lalu penelitian yang dilakukannya menggunakan metode ilmiah sehingga perkembangan pengetahuannya menjadi cepat.

Pada mata kuliah ini, kami sebagai mahasiswa farmasi dijelaskan oleh dosen, bahwa penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa farmasi saling berkaitan dengan mahasiswa teknik tetapi berbeda yang ditelitinya. Misalnya, mahasiswa farmasi melakukan penelitian tentang mengekstrasksi suatu zat tertentu dari tumbuhan. Pengembangan alat untuk ekstraksi itu secara teknis, ekonomis, feasible, dan lainnya diteliti oleh mahasiswa teknik. Mahasiswa farmasi tidak perlu repot memikirkan hal itu, perlu fokus saja terhadap zat yang akan diekstraksinya saja, misalnya.

Komponen Metode Penelitian. Dalam hal ini, terdapat empat hal yang merupakan komponen metode penelitian, yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Yang dimaksud dengan cara ilmiah adalah bahwa penelitian yang dilakukan haruslah terdiri dari 3 komponen yaitu bersifat rasional, empiris, dan sistematis. Rasional artinya menggunakan cara yang masuk akal; empiris artinya dapat diamati oleh indram manusia, orang lain dapat mengamatinya pula; dan sistematis artinya proses yang digunakannya itu menggunakan langkah-langkah yang logis.

Kriteria Data Penelitian. Dalam melakukan penelitian, data merupakan hal yang sangat pokok. Terdapat 3 kriteria yang harus dipenuhi oleh data penelitian yaitu valid, reliabel, dan obyektif. Valid artinya menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi dengan yang diteliti. Reliabel artinya datanya dapat dipercaya karena menunjukkan derajat kekonsistensian yang baik dalam interval waktu tertentu. Sementara obyektif aritnya berkenaan dengan kesepakatan banyak orang (interpersonal agreement). Untuk menguji keobyektifan data penelitian, data yang diambil dapat dilakukan dengan orang yang berbeda, apabila datanya sama, maka obyektif, sementara apabila datanya berbeda, keobyektifannya dapat diragukan.

Macam-Macam Data. Terdapat dua macam data penelitian, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, atau gambar. Sementara data kuantitatif dinyatakan oleh angka, pada data kuantitatif ini ada 2 macam, yaitu diskrit/nominal dan kontinum/hasil pengukuran. Diskrit biasanya berupa data jumlah, misalnya suatu kelas terdiri dari 50 mahasiswa, yaitu 30 mahasiswa perempuan dan 20 mahasiswa laki-laki. Nominal merupakan angka yang menunjukkan pada sesuatu tetapi tidak bisa diterapkan pada persamaan matematika, misalnya jenis kelamin ada dua, 1 = laki-laki, 2 = perempuan, tidak bisa diterapkan 1 + 2 = 3. Sementara kontinum/hasil pengukuran bisa dibedakan menjadi 3 macam yaitu ordinal, interval, dan ratio. Ordinal biasanya merupakan tingkatan, terdapat skala, dan juga jarak namun jaraknya itu berbeda, misalnya juara 1, 2, dan 3. Interval terdapat pula tingkatannya namun tidak memiliki 0 mutlak dan jaraknya tersebut sama seperti jarak suhu pada termometer, misal ... -2 -1 0 1 2 ... . Sementara ratio memiliki 0 mutlak sehingga dapat dilakukan perhitungan matematika misalnya 2 meter, 1 meter, 0 meter. Apabila masih belum paham terkait macam-macam data ini, link ini  bisa cukup membantu.

Pak Mahdi bertanya kepada kami, terkait dengan warna, apakah warna bisa diukur? Teman-teman ada yang jawab bisa dan ada yang tidak. Jawabannya ternyata warna bisa diukur. Penelitian kualitatif di laboraturium tidak lepas dari adanya perubahan warna. Data yang didapatkan dari warna tersebut haruslah memenuhi kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, agar valid, reliabel, dan obyektif, warna yang diamati dibandingkan dengan standar. Misalnya, warna yang diamati adalah warna biru dengan intensitas gelap dan ketika dibandingkan dengan standar diketahui bahwa birunya itu termasuk ke dalam biru dengan kode RGB 00 00 8B misalnya.

Pada umumnya, penelitian memiliki 3 tujuan utama yaitu penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Terkait dengan penemuan, penelitian mencoba untuk menemukan suatu kebenaran yang sebelumnya belum pernah diketahui, misalnya struktur senyawa tertentu, biasanya dalam kefarmasian, mahasiswa S2 atau S3 yang baru bisa melakukan penelitian ini. Mengenai pembuktian, penelitian berusaha untuk membuktikan keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Dan terkait pengembangan, dengan adanya penelitian, pengetahuan yang ada dapat diperdalam dan diperluas.

Kegunaan penelitian dengan kaitannya pada masalah. Dengan adanya penelitian, penelitian dapat memahami masalah (menjelaskan permasalahan yang tidak diketahui selanjutnya menjadi tahu), memecahkan masalah (masalah yang ada kemudian dapat diatasi dan dihilangkan), dan mengantisipasi masalah (mengupayakan agar masalah tersebut tidak terjadi).

Sebelumnya telah diketahui bahwa terdapat data kuantitatif dan kualitatif yang saling berbeda satu sama lain. Apabila menggunakan data kuantitatif maka bisa dikatakan menggunakan metode kuantitatif, sedangkan apabila menggunakan data kualitatif maka bisa pula dikatakan menggunakan metode kualitatif. Berikut merupakan perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif.


Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai catatan kuliah metode penelitian pertemuan pertama ini. Semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Terima kasih sudah berkunjung :D