Saturday, January 30, 2016

Catatan PKPA Industri #4

[Sumber Gambar: deviceinformed.com]

Minggu keempat ini dihabiskan dengan melakukan validasi penuh zat Z. Sebelum mengerjakan hal ini, kami berdua harus mengikuti kualifikasi analis terlebih dahulu. Kualifikasi analis harus dilakukan terhadap personil yang baru pertama kali akan menggunakan alat yang ada di perusahaan. Dengan terkualifikasinya analis baru melalui serangkaian uji, diharapkan dapat meyakinkan perusahaan bahwa analis tersebut mampu menggunakan alat dan kecil kemungkinannya melakukan kesalahan.

Prinsip kualifikasi analis adalah membandingkan hasil pengerjaan suatu prosedur pemeriksaan analis baru terhadap analis senior. Tiap analis melakukan preparasi sampel secara triplo, kemudian hasil gabungan kedua analis, harus memiliki RSD tidak lebih dari 2,0%. Alhamdulillah kami berdua lolos, dengan nilai RSD sekita 1,3 dan 1,7%.  Di bawah ini adalah contoh perhitungan RSD-nya. 

(klik untuk memperbesar)

Parameter pertama yang diuji adalah presisi, dari segi repeatability, diperlukan 6 sampel pada konsentrasi yang sama. Kriteria penerimaannya kurang lebih sama tidak lebih dari 2,0%. Sementara dari segi ruggedness, variasi yang dipilih pada ruggedness ini adalah variasi analis. Dengan dua analis yang berbeda dan tiap analis mengerjakan 6 sampel dengan konsentrasi yang sama, RSD gabungan keduanya tidak boleh lebih dari 2,5%, sementara RSD tiap analisnya tidak boleh lebih dari 2,0%. Pada pengujian ini, baik repeatability maupun ruggedness, alhamdulillah memenuhi kriteria.

Selanjutnya mengenai linearity, hasil analisisnya memenuhi kriteria, yang mana kriterianya adalah nilai regresinya (r) tidak kurang dari 0,995 dan y intercept tidak lebih dari 3,0% terhadap area pada konsentrasi 100%. Cara menghitung nilai regresi, dapat dilakukan juga menggunakan excel, di bawah ini adalah contohnya.

(klik untuk memperbesar)

Dari contoh pada gambar, dapat terlihat nilai r kuadratnya sama dengan 0,9999, kemudian ketika di-akar-kan, diperoleh pula nilai regresi (r) juga lebih dari 0,9999. Jadi memenuhi kriteria. Terkait dengan % y intercept, nilai y interceptnya dapat diperoleh dari persamaan regresi yang telah tercantum pada gambar nomor 3. Sebagaimana persamaan regresi berupa y = a + bx, yang dimaksud dengan y intercept adalah nilai a-nya.

Selanjutnya terkait robustness, perubahan pada metode analisis yang diubah antara lain: (1) perubahan waktu analisis (24h, 48h, 72h, dan 96h), (2) perubahan temperatur analisis (dibuat pada temperatur ruang, contohnya 25 derajat celcius (temperatur metode yang sesungguhnya 30 derajat celcius)), (3) perubahan laju alir (dari 1,0 ml/menit diubah menjadi 1,5 ml/menit), (4) perubahan panjang gelombang pada detektor (misalnya dari 245 nm diubah menjadi 280 nm), serta (5) perubahan perlakukan sampel (dibuat sampel stres yang dipanaskan pada suhu 40 derajat celcius selama 7 hari).

Pada parameter ini, pengujian robustness yang berdasarkan perubahan waktu analisis, memenuhi kriteria, karena % deviasi kadar tidak lebih dari 3,0%. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan besar selisih kadar pada tiap waktu analisis dengan kadar di awal. Di bawah ini adalah contoh perhitungan % deviasi.

(klik untuk memperbesar)

Pada contoh, % deviasinya tidak ada yang melebih 3,0%, artinya memenuhi kriteria robustness terkait perubahan waktu analisis. Sementara, robustness untuk perubahan temperatur, laju alir, panjang gelombang pada detektor perlu dilakukan preparasi ulang, karena hasilnya tidak memenuhi kriteria harga RSD, yang seharusnya RSD tidak lebih dari 2,0%, dan hasil uji kami nilai RSD-nya sekitar 20an %, sehingga perlu diulang, bisa jadi ada kesalahan pada saat preparasi atau penyiapan sistem kromatografinya.

Sementara terkait dengan akurasi, kriteria penerimaan perolehan kembalinya (recovery) adalah 97,0-103,0%. Berdasarkan hasil uji, recovery paling besar yang bisa didapatkan hanya mencapai 95,0%, sehingga untuk parameter akurasi ini juga, masih belum memenuhi kriteria. Juga, perlu dilakukan preparasi sampel ulang, diharapkan setelah mengulang, dapat diperoleh hasil sesuai dengan kriteria.

Terakhir, untuk parameter spesifisitas yang ditambah dengan analisis stress sampel maupun placebo, pada minggu ini baru dilakukan preparasi sampelnya dan analisis menggunakan HPLC, hasil analisisnya baru akan dilihat pada minggu depan.

Kesimpulannya pada validasi penuh ini, parameter yang sudah memenuhi kriteria antara lain presisi, linearity, dan robustness terkait perubahan waktu analisis. Parameter yang masih belum memenuhi kriteria antara lain robustness sisanya dan akurasi. Sementara yang belum ada hasilnya adalah spesifisitas.

Demikian. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :D

Saturday, January 23, 2016

Catatan PKPA Industri #3

[Sumber Gambar: vanseodesign.com (telah diolah kembali)]

Berhubung mengulang metode yang sama meskipun dengan placebo buatan baru, ternyata hasilnya tetap sama, spesifisitas sama buruknya, maka pembimbing mengarahkan kami untuk menggunakan metode yang lain. Setelah dievaluasi, produk formula baru ini, memiliki komposisi yang lebih mirip dengan produk A, sehingga memungkinkan untuk menggunakan metode analisis yang sama dengan produk A. Diharapkan hasil analisisnya sama bagusnya. 

Spesifisitas itu untuk melihat kemampuan dari suatu metode analisis yaitu dapat mengukur suatu zat dengan akurat dan spesifik untuk zat tersebut saja, tanpa terpengaruh dari adanya zat lain yang terdapat dalam sampel. Sehingga untuk pengujian ini, dilakukan analisis sampel dan dibandingkan terhadap placebo. Pada produk formula baru ini, terdapat 3 zat aktif yang dianalisis, sebut saja zat X, Y, dan Z sehingga placebo yang dibuat terdiri dari placebo tanpa ketiga zat aktif, placebo tanpa zat X, placebo tanpa zat Y, placebo tanpa zat Z, dan tentu diperlukan standar. 

Jika metode analisisnya memiliki spesifisitas yang baik terhadap analisis ketiga zat tersebut, maka pada placebo tanpa ketiga zat aktif tersebut, tidak muncul puncak (peak) atau area dari ketiga zat aktif tersebut sama sekali, atau kalau pun ada, besar % interference-nya tidak boleh lebih dari 0,5%. Begitu pula pada placebo tanpa zat X, tidak boleh muncul puncak zat X sama sekali atau besar % interference-nya tidak boleh lebih dari 0,5%, dan seterusnya. 

Setelah dilakukan analisis menggunakan metode produk A, alhamdulillah parameter spesifisitas yang dianalisis untuk zat X dan Y-nya bagus, baik pada placebo tanpa ketiga zat aktif (keduanya tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%), maupun pada placebo tanpa zat X (zat X tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%) dan pada placebo tanpa zat Y (zat Y tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%). Ditambah dengan bentuk puncak yang bagus, simetris serta tidak membahu, memperlihatkan tidak adanya gangguan dari zat lain yang ada di dalam matriks placebo. 


Contoh bentuk puncak yang baik dan buruk seperti pada gambar di atas. Bentuk puncak yang bagus, adalah yang bentuk puncaknya seperti pada gambar yang dilingkari warna hijau, menunjukkan hanya satu puncak, tidak ada gangguan dari puncak zat lain, secara tidak langsung menunjukkan pula keterpisahan yang baik antara puncak zat terhadap puncak zat yang lain. Sementara bentuk puncak yang buruk terlihat seperti pada gambar yang dilingkari warna merah, tidak beraturan, tampak seperti dua puncak yang bergabung, namun tidak terpisah dengan baik. Menunjukkan adanya gangguan dari puncak zat lain sehingga diperlukan suatu sistem metode kromatografi baru, agar keterpisahannya menjadi baik. 

Sementara zat Z, ternyata tidak bagus bentuk puncaknya, serta % interference-nya lebih besar dari 0,5% sehingga metode ini tidak cocok untuk analisis zat Z. Setelah berdiskusi dengan pembimbing, akhirnya diputuskan bahwa analisis zat Z menggunakan metode analisis yang terpisah dengan zat X dan zat Y, sehingga nanti ketika validasinya, dilakukan dua kali, pertama validasi untuk zat X dan Y lalu validasi untuk zat Z, atau sebaliknya.

Metode yang terpisah untuk analisis antar zat aktif pada suatu produk yang sama, juga pernah dilakukan untuk produk B. Jadi, metode yang digunakan untuk analisis zat Z ini, mengacu pada metode analisis khusus zat Z pada produk B ini. Setelah dianalisis menggunakan metode seperti produk B ini, alhamdulillah spesifisitas zat Z-nya bagus. 

Sampai di sini, yang namanya validasi tentunya bukan hanya soal spesifisitas, tapi masih ada banyak parameter lainnya yang harus diuji seperti akurasi, presisi, linieritas, dan lainnya. Materi ini telah dibahas di sini

Namun, uji spesifisitas yang beberapa hari ini dilakukan, hanya semacam studi pendahuluan, bukan kegiatan validasi yang sebenarnya. Sebelum dilakukan validasi yang sesungguhnya, pertama kali harus dipastikan dulu spesifisitasnya bagus. Kalau langsung dilakukan validasi tanpa mengetahui spesifisitasnya terlebih dahulu lalu hasil validasi parameter lainnya bagus namun spesifisitasnya buruk, maka tetap saja hasilnya tidak valid. Jadi, harus bagus dulu spesifisitasnya, baru boleh dilakukan validasi.

Setelah studi pendahuluan spesifisitas terhadap zat X, Y, dan Z telah selesai, selanjutnya kami melakukan persiapan untuk validasi penuh (full validation) zat Z terlebih dahulu. Dua hari sebelum weekend minggu ini, kami habiskan untuk preparasi sampel dan standarnya. Mulai dari preparasi sampel untuk presisi, ruggedness, robustness, preparasi standar untuk linearitas, dan preparasi sampel untuk  akurasi dan spesifisitas. 

Pada parameter presisi ini, digunakan satu konsentrasi sampel 100% dan dibuat sebanyak 6 kali. Sampel untuk presisi ini, sekaligus dapat digunakan untuk menguji ruggedness, yaitu dengan membandingkan hasil analis pertama dengan hasil analis yang berbeda. Analis yang berbeda ini melakukan preparasi sampel juga. Ruggedness yang baik, tentunya hasil analisis keduanya, meskipun dilakukan oleh analis yang berbeda, hasil analisisnya haruslah sama atau tidak ada perbedaan yang signifikan.

Sementara parameter robustness, waktu analisis yang dijadikan sebagai perubahannya. Akan dilihat apakah ada pengaruh terhadap perbedaan waktu analisis terhadap hasil analisis. Analisis yang dilakukan setelah 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam berikutnya, haruslah pula tidak ada perbedaan yang signifikan. 

Untuk parameter linearitas, larutan standar dibuat dalam rentang konsentrasi antara 50% sampai 150%, yaitu terdiri dari larutan standar 50%, 75%, 100%, 125%, dan 150%. Untuk parameter akurasi, sampel dibuat dalam 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 50%, 100%, dan 150%. Sementara untuk spesifisitas, sama seperti uji pendahuluan, namun ditambah dengan sampel dan placebo yang dibuat  menjadi stressed solution. Jadi baik sampel maupun placebo dibuat perlakuan khusus sedemikian rupa sehingga terganggu stabilitasnya, nantinya akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap spesifisitasnya. Untuk yang ini, baik sampel maupun placebo, kondisi stress dibuat dengan cara disimpan pada suhu 40 derajat celsius selama 7 hari. 

Demikian. Minggu depan akan dilanjutkan dengan preparasi sampel untuk akurasi dan analisis menggunakan HPLC-nya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung :D 

Saturday, January 16, 2016

Complicated Dec-Jan

[Picture Source: paulclarke.com]

It was started on December, 23rd 2015. After doing final examination on that day, I was not in good condition. Actually, I didn't feel anything. I felt healthy. But, there was something wrong with my urine. It was red and I thought it was blood. Firstly, I ignored it, may be I was mistakenly seeing it. But, after it happened for three times respectively. I was panic.

If there is blood in the urine, it maybe something wrong with the kidney. I decided to go to the doctor accompanied by my father. The doctor diagnosed me, she told, it might be GNA (Glomerulonephritis acute). An inflammation in the glomerulus. So, it was not able to filter the blood well. Normal glomerulus, only can pass water, salts, urea, and pigments. But, I was sure it was not red pigment, it was blood. So after laboratory analysis, it was positive blood in the urine. Also positive leukocyte and bacteria. Then, the doctor gave me Ciprofloxacine (antibiotics), Metil prednisolone, Ranitidine, and Vitamin B complex. 

She also prohibited me to eat fatty meals like chicken, meat, and colorful beverages (only water allowed). I was only allowed to eat rice, vegetables, tofu, and the white part of the egg. Riding motorcycle was also not allowed. Because she thought, the vibration resulted when riding motorcycle can interfere the glomerulus recovery. 

The next day, my urine was not too red like before. Slowly it came back to normal. But I felt pain in my right back waist and right front waist. I never felt pain like this before. I couldn't get good position when lying in bed. Really uncomfortable. I couldn't sleep well also. Luckily, I had 5 days off because of the holiday of Maulid and Christmas. But I felt sad, because I couldn't do anything, I couldn't focus to study because of the pain. While, I would have 4 subjects left for final examination. 

I came back to the doctor, she was different doctor. She touched my waist to diagnose the cause. She said, if the pain was also located in the right front waist, it might be also something wrong with the liver. Mefenamic acid she gave only heals my pain, doesn't cure the cause. So I should take USG to know the cause and the internist will determine the proper medication. But because it was holiday, most of the internists in each hospitals took permit leave so I needed to wait for several days. 

Then, I searched the cause of the pain through internet. I found, the pain might be coming from the medicine I took. I suspected Metil prednisolone as the cause. A source told that, one of the side effects of Metil prednisolone is pain. I told to my parents, "Let's wait until I finish taking Metil prednisolone. If I don't feel pain anymore, we don't need to visit the internist". 

The last two days of final examination came, I didn't have so much preparations. I just took it for what it is and faced the final examination as I could. Actually, my condition hadn't been fit, I was still weak. My father drove me to the college and picked me up after I finished. 

About December, 30th, I had finished taking Metil Prednisolone and other medicines given, and I didn't feel pain anymore. I supposed my condition was better. I started eating whatever I want and I took permission from my parents to ride by myself to the college for the next day because I felt sorry to make my father drove and picked me up again. 

At night of the first day I tried to ride my motorcycle. I felt sad, because it happened again. My urine was red again. I cried, I blamed myself for what I did. I shouldn't ride the motorcycle. I was still not able to do that. I was sure it was because of that. Then, my sister and her husband accompanied me to go to another doctor at hospital at 10:00 pm. Two hours to new year, I was in the hospital. I searched for the internist, but there was only general doctor. The doctor gave me another type of antibiotics, it's Cefixime and he suggested me to come on another day to visit the internist.

It's holiday again, It's difficult to meet the internists. I needed to wait. The internship day came. I still hadn't visited the internists. Finally, at that night, January, 4th 2016, I could meet the internist. Immediately, she took USG analysis to me. She found some small stones in my kidney. I saw it clearly too. The stones was inside my left and right kidney. The stones formed because of my habits. Sometimes I forget to drink much water. My lips usually dry indicates that I'm lacking of water. So, besides of taking the medicine she gave, she reminded me to drink much water. 

About the diagnoses of GNA from the first doctor, the internist said it's not GNA. The USG analysis showed it's only urinary tract infection. Because of the infection, the wall of the urinary tract was bleeding, and the blood was found in the urine and made the urine color became red. It's not GNA. Because GNA is about autoimmune system error, and if it's GNA, the curement is more difficult. The blood in the urine can also comes from the kidney stones. If the stones go down, they can irritate the urinary tract wall and make it bleeding too. So, the infection and the kidney stones must be cured completely to make my health condition better. Even, the internist said, it's okay for me to ride motorcycle. Because there is no correlation between riding motorcycle and this disease. 

The next week, after I finished taking the medicine, I took control to the internist again. The internist took USG analysis again. She said, the kidney stones was better, there was no blockage in the tracts. The infection was also cured. What a relief!

It was a long journey of recovery, I never expected before. It spent more than 4 weeks or about a month. Actually there were a lot of things I had to do. I was responsible as the contest chair and the preparation should be began from the last December to January. But, because of this unexpected disease came, I missed all the things I should do. I didn't make any progression. I felt really sorry to the committees, the participants, and also the president. If the president didn't remind me about the responsibility and the progress, the contest might be disorganized at final. I felt, I was not able to handle it. So, I decided to hand over my position as the contest chair to another committee I pointed. I really thanked to her because she was sincerely willing to take over my responsibility. I believe, she can organize the contest well. 

Actually I felt sad. Becoming the contest chair was one of the things I really want to do. Before this kind of thing happened. I was really excited, even I had planned it a few months before, because it will be one of my great experiences. I couldn't wait the feel of the pleasure. But, I couldn't do it in this condition. I needed to take a rest and eliminate some activities. 

It's not only my health condition unstable but also my emotion. Thanks to my parents, brothers, and sisters who took care of me. My mother and sisters who provided my meals (just meals allowed by the doctor), I know it's difficult to provide that. My father and my brothers who accompanied me to the doctor and anywhere. And also thanks to my friends who cared and visited me. Caring and seeing you guys were also the medicine for me. I hope, this kind of thing never happens again because I don't want to give burden and trouble for people around me again. 

I noticed, everything that happens, there is a lesson learned. Including what happen to me. I should not only take care of other people health condition, but from now, it's also important for me to take care of my own health condition. 

"You can't take care of others if you can't take care of yourself" -Marry Mazzer
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

Friday, January 15, 2016

Catatan PKPA Industri #2

[Sumber Gambar: dottikon.com]

Minggu kedua PKPA ini dimulai dengan berdiskusi bersama pembimbing I (manager QC) dan seorang analis (mba Lasti). Hasil diskusi tersebut menandai mulainya pengerjaan tugas khusus kami. Jadi, terdapat suatu formula baru yang masih dalam proses validasi. Kami diminta untuk menyelesaikan validasi formula tersebut. Sebelum memulai kegiatan di laboratorium, selama dua hari  kami melakukan tinjauan literatur. Mencari metode yang sesuai untuk validasinya. 

Untuk memudahkan tinjauan literatur, kami diminta untuk membuat tabel perbandingan metode analisis tiap produknya. Produk yang kemungkinan komposisinya sama, bisa jadi metodenya dapat diterapkan, atau perlu adanya modifikasi. Tetapi sebelum menyimpulkan bahwa metode yang sebelumnya yang dikerjakan kurang tepat, kami diminta untuk mengulang kembali pengerjaannya menggunakan metode yang sama. 

Persoalan validasi formula yang baru adalah parameter spesifisitasnya yang tidak memenuhi kriteria. Pada placebo tanpa zat aktif, diperoleh area zat aktif. Tentu seharusnya tidak boleh ada area zat aktif sama sekali. Hari pertama di laboratorium, kami melakukan preparasi placebo. Sebenarnya kami mencurigai ada kesalahan pada pembuatan placebonya. Jika placebo tidak dibuat dengan benar, misalnya dibuat sampel terlebih dahulu baru placebo,  bisa jadi sisa zat aktif pada sampel mengkontaminasi placebo, sehingga itulah yang bisa menjadi penyebab munculnya area pada kromatogram placebo. 

Namun, setelah dikonfirmasi, pihak developer, tidak membuat sampel, jadi hanya membuat placebo saja. Awalnya oleh pembimbing, kami diminta untuk membuat placebo sendiri, namun pihak developer mengatakan bahwa sesungguhnya mereka telah membuat placebo baru. Setelah berdiskusi, akhirnya pembimbing membolehkan kami mencoba menganalisis placebo yang baru. Jika hasilnya tetap sama, ada kemungkinan placebonya yang salah atau metodenya yang tidak tepat. 

Hari kamis, kami hanya dapat mengerjakan preparasi standar. Karena adanya suatu hal yang tak disangka, seluruh karyawan dipulangkan tepat setelah makan siang. Senang dan panik bercampur aduk. Manager mengatakan kepada seluruh karyawan, besok masuk atau tidaknya akan diinformasikan. Inginnya sih libur ahahaha. 

Ternyata masuk. Kami melanjutkan preparasi sampel. Berhubung sampel placebonya berupa emulsi, cukup panjang tahapannya. Emulsi harus dipastikan homogen. Tidak mudah memipet emulsi. Pipet volume dengan balon karet tidak akan bisa menarik emulsi yang begitu kental. Bobot jenisnya kira-kira 1,32. Jadi, digunakan alat lisrik yang dapat menarik emulsi ke dalam pipet volume. Kira-kira seperti ini alatnya. 

[Sumber Gambar: id.aliexpress.com]

Cara menggunakannya dengan menghubungkan bagian hitam kerucut terbalik dengan pipet volume, lalu memencet tombol hitam yang atas untuk menarik. Sementara pencet tombol hitam bagian bawah untuk mendorong. 

Sambil kami melakukan preparasi sampel, mba Lasti menyiapkan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)-nya. Betapa bahagianya karena HPLC-nya autosampler. Kelebihan utama HPLC yang autosampler adalah tidak diperlukan penginjeksian menggunakan jarum suntik. HPLC yang ada di laboratorium kampus masih yang pakai jarum suntik. Laboran dan dosen sering mengingatkan untuk berhati-hati menggunakannya, jika bengkok sedikit, harus ganti sendiri, dan mahal harganya. Karena bukan cuma ganti jarum suntiknya saja, tetapi port injeksinya juga harus diganti. Kalau autosampler, sudah tidak perlu lagi menggunakan jarum suntik, cukup masukkan sampel, maka alat akan secara otomatis mengambil sejumlah sampel sesuai dengan volume injeksi yang dibutuhkan. 

HPLC dengan port injeksi
[Sumber Gambar: slideplayer.com]

Injeksi melalui port injeksi
[Sumber Gambar: hamiltoncompany.com]

Salah satu contoh HPLC yang dilengkapi autosampler
[Sumber Gambar: iopan.gda.pl]

Kira-kira seperti ini tampak bagian dalam autosamplernya yang ada di HPLC
[Sumber Gambar: genengnews.com]

Setelah dianalisis menggunakan HPLC standar dan juga sampelnya, ternyata hasilnya sama (>.<). Menggunakan metode yang sama, area zat aktif muncul pada placebo. Artinya perlu disiapkan metode baru yang bisa jadi metodenya salah seperti yang disebutkan sebelumnya, atau bisa juga placebonya yang salah, jadi mungkin pada akhirnya kami harus membuat placebo sendiri. Entahlah, minggu depan baru akan didiskusikan kembali dengan pembimbing. 

Meskipun cuma sedikit yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :D

Sunday, January 10, 2016

Catatan PKPA Industri #1

[Sumber Gambar: unomaha.edu]

Setiap mahasiswa program apoteker, akan merasakan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) pada semester kedua. Di Universitas Indonesia, program ini dibagi menjadi dua peminatan, yaitu industri dan klinik. Bagi mahasiswa dengan peminatan industri, akan merasakan PKPA tidak hanya di industri, tetapi juga di apotek dan di pemerintahan. Sementara bedanya dengan mahasiswa apoteker klinik, PKPA-nya tentu bukan di industri, melainkan di rumah sakit. Mahasiswa apoteker klinik juga PKPA di apotek dan pemerintahan. 

PKPA industri saya dimulai pada hari Senin, 4 Januari 2016. Saya berdua dengan Kristi PKPA di suatu industri farmasi. Saya datang terlalu pagi, lalu tertahan di pos satpam selama 1 jam. Katanya, saya harus menunggu orang HRD terlebih dahulu. Ternyata, teman-teman saya yang PKPA di industri lain mengalami hal yang sama, sama-sama tertahan di pos satpam cukup lama. Saya kira akan langsung mulai, ternyata ada beberapa hal yang harus diurus terlebih dahulu. Sudah lama menunggu, akhirnya orang HRD datang dan meminta kami menunggu di lobi. Ya, kami tertahan lagi di lobi. Satu jam menunggu, orang HRD lainnya yang harusnya saya temui ternyata tidak hadir hari ini, tetapi akhirnya ada orang HRD lainnya yang menanganinya. 

Kami dibawa langsung ke departemen QC (Quality Control). Bertemu dengan manager QC yang alumni UI. Beliau langsung menyambut kami dan memberikan pengarahaan beberapa menit. Cukup menguatkan mental, memberi semangat, dan semoga kami tidak mengecewakan. Lalu kami diambil alih oleh supervisor. Supervisor membawa kami ke tiap laboratorium yang ada di departemen tersebut, mulai dari laboratorium instrumen, laboratorium kimia, sampai ke laboratorium mikrobiologi, kami diperkenalkan dengan para analis. Saya senang karena para analisnya sangat ramah. 

Hari pertama dan kedua, kami diberi tugas untuk membaca 15 SOP (Standard Operating Procedure). Kelima belas SOP tersebut antara lain:
  1. Pelulusan/penolakan bahan awal
  2. Pengambilan contoh bahan baku
  3. Penanganan sampel
  4. Penanganan contoh pertinggal
  5. Baku pembanding
  6. Penggunaan dan pemeriksaan air
  7. Penanganan OOS
  8. SST
  9. Kualifikasi analis
  10. Pencataan data pada logbook laboratorium
  11. Penyimpanan dan penanganan reagen
  12. Pemeriksaan bahan baku
  13. Penanganan limbah
  14. Pencatatan tahapan analisa dan pelaporan
  15. Persyaratan kebersihan
Berhubung isi dari SOP ini merupakan rahasia perusahaan. Saya tidak bisa menjabarkan seperti apa isinya. Meskipun demikian, sebenarnya, sebagian besar materi ini telah dipelajari di mata kuliah Farmasi Industri. Jadi, tidak perlu khawatir. 

Di hari ketiga, kami masih diberikan tugas untuk membaca SOP lainnya, seluruh staf terlihat sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing termasuk Manager QC-nya, pembimbing kami. Sebelum pulang di tengah kesibukannya, kami sempat berdiskusi hasil pembacaan SOP dengan beliau. Kami senang karena beliau ramah.

PKPA tentunya merupakan pengalaman baru bagi mahasiswa farmasi yang lebih terbiasa kuliah di kelas atau praktikum di laboratorium. Belajar jauh dari kampus harus banyak persiapan, tidak hanya persiapan tempat tinggal untuk yang PKPA-nya jauh, tetapi yang paling penting juga persiapan mental. Bila biasanya telat 15 menit masuk ke kelas masih ditoleransi oleh dosen, telat ke tempat kerja berulang kali bisa menjatuhkan reputasi. Mahasiswa farmasi kian meningkat dari tahun ke tahun. Sementara industri farmasi tidak banyak, mahasiswa yang PKPA, harus menjaga reputasi kampus supaya dapat diterima di industri farmasi. Tidak hanya di industri farmasi, di tempat PKPA lainnya juga seperti itu. 

Selain soal keterlambatan yang tidak disukai. Setiap mahasiswa PKPA juga harus mandiri. Manager kami menekankan bahwa selama ini tidak ada mahasiswa PKPA yang dimanjakan. Mahasiswa PKPA-nya yang harus inisiatif sendiri mencari ilmu meskipun memang ada pembimbingnya. Saat pengarahan di kampus juga, ketua program profesi, Pak Hayun, berulang kali menegaskan kepada mahasiswa, supaya memanfaatkan waktu PKPA di tempat kerjanya masing-masing secara optimal. Jika tidak bisa inisiatif mencari sendiri, maka akan rugi sendiri. Menurut saya, hal itu benar, berdasarkan pengamatan lima hari kerja, tidak ada satu pun karyawan yang bersantai, semuanya begitu kerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jadi, jika kamu mahasiwa PKPA, kamu harus inisiatif mencari ilmu sendiri.

Bukan dalam arti, kita dilepas begitu saja. Pembimbing tentu memberikan pengarahan apa yang harus kita lakukan. Dengan demikian, kerjakanlah semaksimal mungkin. Bukan hanya untuk diri sendiri, kembali lagi ini untuk kebaikan kampus sendiri, jangan sampai kampus di-blacklist hanya karena kinerja kita yang buruk sehingga tidak mau lagi menerima mahasiswa PKPA, padahal kampus dan mahasiswa sendiri sangat membutuhkan hal itu. 

Setelah banyak membaca SOP, selanjutnya kami diberi kesempatan untuk membantu analis di laboratorium mikrobiologi. Kami sangat senang akhirnya kami masuk laboratorium. Meskipun cuma sebentar, ada yang bisa kami pelajari. Kami membantu mereka menghitung jumlah bakteri dan jamur di tiap lempeng yang telah diambil di beberapa titik yang ada di pabrik. Masuk ke laboratorium juga tidak sembarangan, khusus untuk laboratorium mikrobiologi, jas laboratoriumnya dobel, artinya digunakan jas laboratorium yang pertama, lalu menggunakan jas laboratorium lagi yang kedua. Digunakan masker, head cover, serta shoes cover

Satu hal yang sangat penting ketika berada di laboratorium adalah APD (Alat Perlindungan Diri). Di pabrik, tersedia lengkap APD yang dibutuhkan untuk tiap penanganan. Mengenai hal ini kami sempat diberi materi EHS (Environment, Health, Safety) oleh orang EQ (Environmental Quality) yang mengurusi persoalan lingkungan dan fasilitas. Jadi yang dipelajari antara lain pengolahan limbah, dan perlindungan keselamatan kerja. Keselamatan dan keamanan karyawan dalam bekerja, pokoknya semua orang yang berada di dalam lingkungan pabrik, termasuk mahasiswa PKPA sangat penting untuk diperhatikan. 

Ada banyak potensi bahaya yang ada di laboratorium. Itulah kenapa, tiap bahan yang digunakan tersedia MSDS-nya. Materi mengenai MSDS (Material Safety Data Sheet) dipelajari di mata kuliah Registrasi. Di bawah ini adalah berbagai potensi bahaya yang dapat terjadi dalam menangani bahan kimia.

[Sumber Gambar: chemistry.iiti.ac.in]

Dari kiri ke kanan merupakan simbol bahaya yang artinya dapat meledak, dapat terbakar, dapat mengoksidasi, korosif, toksik, iritan, dan berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itulah, sangat penting untuk membaca MSDS tiap bahan kimia yang akan digunakan. Di dalamnya akan ada keterangan APD apa yang seharusnya digunakan dalam melindungi diri dari potensi bahaya tersebut serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya tersebut. 

Selain materi tentang EHS ini, kami juga diberikan materi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Mulai dari diberikan soal pretest terlebih dahulu mengenai CPOB. Tidak perlu khawatir karena materinya telah banyak dipelajari. Setelah diberi pretest, barulah diberi materinya, sehingga jika ada kebingungan dalam menjawab soal, sudah ada penjelasannya pada materi yang diberikan. Setelah selesai memahami materinya, kami diberi post test kembali mengenai CPOB. 

Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat dan sukses PKPA-nya!