Saturday, January 23, 2016

Catatan PKPA Industri #3

[Sumber Gambar: vanseodesign.com (telah diolah kembali)]

Berhubung mengulang metode yang sama meskipun dengan placebo buatan baru, ternyata hasilnya tetap sama, spesifisitas sama buruknya, maka pembimbing mengarahkan kami untuk menggunakan metode yang lain. Setelah dievaluasi, produk formula baru ini, memiliki komposisi yang lebih mirip dengan produk A, sehingga memungkinkan untuk menggunakan metode analisis yang sama dengan produk A. Diharapkan hasil analisisnya sama bagusnya. 

Spesifisitas itu untuk melihat kemampuan dari suatu metode analisis yaitu dapat mengukur suatu zat dengan akurat dan spesifik untuk zat tersebut saja, tanpa terpengaruh dari adanya zat lain yang terdapat dalam sampel. Sehingga untuk pengujian ini, dilakukan analisis sampel dan dibandingkan terhadap placebo. Pada produk formula baru ini, terdapat 3 zat aktif yang dianalisis, sebut saja zat X, Y, dan Z sehingga placebo yang dibuat terdiri dari placebo tanpa ketiga zat aktif, placebo tanpa zat X, placebo tanpa zat Y, placebo tanpa zat Z, dan tentu diperlukan standar. 

Jika metode analisisnya memiliki spesifisitas yang baik terhadap analisis ketiga zat tersebut, maka pada placebo tanpa ketiga zat aktif tersebut, tidak muncul puncak (peak) atau area dari ketiga zat aktif tersebut sama sekali, atau kalau pun ada, besar % interference-nya tidak boleh lebih dari 0,5%. Begitu pula pada placebo tanpa zat X, tidak boleh muncul puncak zat X sama sekali atau besar % interference-nya tidak boleh lebih dari 0,5%, dan seterusnya. 

Setelah dilakukan analisis menggunakan metode produk A, alhamdulillah parameter spesifisitas yang dianalisis untuk zat X dan Y-nya bagus, baik pada placebo tanpa ketiga zat aktif (keduanya tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%), maupun pada placebo tanpa zat X (zat X tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%) dan pada placebo tanpa zat Y (zat Y tidak muncul puncak atau % interference-nya kurang dari 0,5%). Ditambah dengan bentuk puncak yang bagus, simetris serta tidak membahu, memperlihatkan tidak adanya gangguan dari zat lain yang ada di dalam matriks placebo. 


Contoh bentuk puncak yang baik dan buruk seperti pada gambar di atas. Bentuk puncak yang bagus, adalah yang bentuk puncaknya seperti pada gambar yang dilingkari warna hijau, menunjukkan hanya satu puncak, tidak ada gangguan dari puncak zat lain, secara tidak langsung menunjukkan pula keterpisahan yang baik antara puncak zat terhadap puncak zat yang lain. Sementara bentuk puncak yang buruk terlihat seperti pada gambar yang dilingkari warna merah, tidak beraturan, tampak seperti dua puncak yang bergabung, namun tidak terpisah dengan baik. Menunjukkan adanya gangguan dari puncak zat lain sehingga diperlukan suatu sistem metode kromatografi baru, agar keterpisahannya menjadi baik. 

Sementara zat Z, ternyata tidak bagus bentuk puncaknya, serta % interference-nya lebih besar dari 0,5% sehingga metode ini tidak cocok untuk analisis zat Z. Setelah berdiskusi dengan pembimbing, akhirnya diputuskan bahwa analisis zat Z menggunakan metode analisis yang terpisah dengan zat X dan zat Y, sehingga nanti ketika validasinya, dilakukan dua kali, pertama validasi untuk zat X dan Y lalu validasi untuk zat Z, atau sebaliknya.

Metode yang terpisah untuk analisis antar zat aktif pada suatu produk yang sama, juga pernah dilakukan untuk produk B. Jadi, metode yang digunakan untuk analisis zat Z ini, mengacu pada metode analisis khusus zat Z pada produk B ini. Setelah dianalisis menggunakan metode seperti produk B ini, alhamdulillah spesifisitas zat Z-nya bagus. 

Sampai di sini, yang namanya validasi tentunya bukan hanya soal spesifisitas, tapi masih ada banyak parameter lainnya yang harus diuji seperti akurasi, presisi, linieritas, dan lainnya. Materi ini telah dibahas di sini

Namun, uji spesifisitas yang beberapa hari ini dilakukan, hanya semacam studi pendahuluan, bukan kegiatan validasi yang sebenarnya. Sebelum dilakukan validasi yang sesungguhnya, pertama kali harus dipastikan dulu spesifisitasnya bagus. Kalau langsung dilakukan validasi tanpa mengetahui spesifisitasnya terlebih dahulu lalu hasil validasi parameter lainnya bagus namun spesifisitasnya buruk, maka tetap saja hasilnya tidak valid. Jadi, harus bagus dulu spesifisitasnya, baru boleh dilakukan validasi.

Setelah studi pendahuluan spesifisitas terhadap zat X, Y, dan Z telah selesai, selanjutnya kami melakukan persiapan untuk validasi penuh (full validation) zat Z terlebih dahulu. Dua hari sebelum weekend minggu ini, kami habiskan untuk preparasi sampel dan standarnya. Mulai dari preparasi sampel untuk presisi, ruggedness, robustness, preparasi standar untuk linearitas, dan preparasi sampel untuk  akurasi dan spesifisitas. 

Pada parameter presisi ini, digunakan satu konsentrasi sampel 100% dan dibuat sebanyak 6 kali. Sampel untuk presisi ini, sekaligus dapat digunakan untuk menguji ruggedness, yaitu dengan membandingkan hasil analis pertama dengan hasil analis yang berbeda. Analis yang berbeda ini melakukan preparasi sampel juga. Ruggedness yang baik, tentunya hasil analisis keduanya, meskipun dilakukan oleh analis yang berbeda, hasil analisisnya haruslah sama atau tidak ada perbedaan yang signifikan.

Sementara parameter robustness, waktu analisis yang dijadikan sebagai perubahannya. Akan dilihat apakah ada pengaruh terhadap perbedaan waktu analisis terhadap hasil analisis. Analisis yang dilakukan setelah 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam berikutnya, haruslah pula tidak ada perbedaan yang signifikan. 

Untuk parameter linearitas, larutan standar dibuat dalam rentang konsentrasi antara 50% sampai 150%, yaitu terdiri dari larutan standar 50%, 75%, 100%, 125%, dan 150%. Untuk parameter akurasi, sampel dibuat dalam 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 50%, 100%, dan 150%. Sementara untuk spesifisitas, sama seperti uji pendahuluan, namun ditambah dengan sampel dan placebo yang dibuat  menjadi stressed solution. Jadi baik sampel maupun placebo dibuat perlakuan khusus sedemikian rupa sehingga terganggu stabilitasnya, nantinya akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap spesifisitasnya. Untuk yang ini, baik sampel maupun placebo, kondisi stress dibuat dengan cara disimpan pada suhu 40 derajat celsius selama 7 hari. 

Demikian. Minggu depan akan dilanjutkan dengan preparasi sampel untuk akurasi dan analisis menggunakan HPLC-nya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung :D 

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)