Thursday, November 15, 2012

Kontradiksi Phenilpropanolamin




Musim pancaroba atau musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau dan sebaliknya, merupakan suatu kondisi yang sangat baik bagi perkembangan virus dan bakteri sehingga penyakit-penyakit seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), diare, flu, batuk, disentri, tifus, demam berdarah, dan hepatitis A dapat menjangkit dengan mudah. Penyakit yang paling sering dan  utama menjangkit masyarakat Indonesia pada musim tersebut adalah flu dan batuk. 

Namun sayangnya, kebanyakan produk obat flu dan batuk yang beredar di Indonesia kontradiktif dengan penyakit diabetes. Oleh sebab itu, kita  sebagai seorang farmasis yang sudah terbiasa bergelut dengan obat-obatan, sudah saatnya tidak hanya berusaha untuk membuat suatu obat-obatan yang berguna untuk orang “normal” saja melainkan juga untuk orang yang memiliki metabolisme yang tidak normal seperti penderita diabetes.

Kebanyakan produk obat flu dan batuk yang beredar di Indonesia mengandung suatu zat yang kontradiktif dengan penyakit diabetes, bernama PPA (Phenil Propanolamin) yang sebenarnya bekerja sebagai pelega hidung. Sementara obat diabetes yang dikonsumsi untuk menurunkan kadar gula darah penderita diabetes apabila berinteraksi dengan pelega hidung tersebut bukannya menurunkan kadar gula darah, justru menyebabkan kadar gula darah tersebut tetap terlalu tinggi sehingga menimbulkan adanya suatu kontraindikasi. Gejala-gejala yang sudah dilaporkan sebagai akibat dari adanya interaksi obat tersebut antara lain adalah haus dan lapar berlebihan, pengeluaran urin bertambah, mengantuk, nanar (terasa pusing), dan berat badan menurun. 

Saya percaya bahwa semua orang pasti pernah mengalami gangguaan flu dan batuk terutama para penderita diabetes, saya juga mengerti bagaimana rasanya berada pada kondisi yang tidak menyenangkan dan sangat mengganggu aktivitas tersebut. Apabila sebagian orang yang “normal” dapat segera mengembalikan vitalitas kesehatannya tersebut, tidak demikian dengan penderita diabetes yang mana kebanyakan produk obat flu dan batuk yang beredar di Indonesia mengandung pelega hidung yang kontradiktif tersebut, sehingga sulit sekali menemukan produk obat flu dan batuk yang aman bagi mereka.  

Seorang farmasis yang akan membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan tidak akan membiarkan ada orang yang kesulitan dalam mendapatkan kebutuhan obat-obatannya terutama penderita diabetes. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi seorang farmasis untuk berusaha atau berinovasi membuat obat-obatan terutama obat flu dan batuk yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Posted on by Nurul Fajry Maulida | No comments

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)