Saturday, February 16, 2013

Catatan Obat Gangguan Kardiovaskuler #1

Saya mendapatkan mata kuliah Obat Gangguan Kardiovaskuler (OGK) pada semester ini, tiap hari Kamis saya akan mendapatkannya. Ada beberapa dosen yang akan mengajar, dan untuk pertemuan yang pertama hari itu, 14 Februari 2013, Ibu Fadlina yang mengajar. Ibu Fadlina mengajar kami dengan sangat baik, pelan-pelan tetapi penuh arti. 

Meskipun mata kuliah OGK ini seharusnya sudah tidak lagi mempelajari fisiologi dari jantung, yang mana seharusnya sudah fokus ke patofisiologinya, namun Ibu Fadlina berbaik hati untuk mengulang kembali materi tersebut. Beliau kembali menjelaskan mengenai struktur jantung, mekanisme kontraksi serta relaksasi otot jantung, dan kontrol terhadap jantung.

Mengenai struktur jantung, beliau mencoba mengingatkan kami kembali bagian-bagian dari jantung. Secara langsung teman-teman menjawab bahwa utamanya jantung terdiri dari serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, dan bilik kiri. Beliau membenarkan, tetapi beliau menginginkan kami untuk tidak lagi menggunakan istilah itu melainkan beralih dengan menyebutnya atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri.


Untuk bagian-bagian dari jantung itu sendiri sepertinya teman-teman sudah cukup mengerti karena saat SMA juga sudah diajarkan. Kemudian beliau mengingatkan kembali mengenai sistem peredaran besar dan juga sistem peredaran kecil. 

Selain itu beliau juga mengingatkan kembali kepada kami bahwa jantung itu dilindungi oleh suatu lapisan yang disebut dengan perikardium yang apabila terjadi gangguan atau peradangan maka akan menjari perikarditis. 

"Sebenarnya apa sih yang dipelajari selama di kelas OGK?" Itulah salah satu hal yang menjadi pertanyaan buat saya tetapi tidak saya sampaikan, meskipun begitu, beliau kemudian menjelaskan bahwa segala hal yang dapat mempengaruhi otot jantung akan dibahas di kelas OGK. Jadi hanya yang mempengaruhi otot jantung, apabila ada yang mempengaruhi sistem persarafan di jantung maka itu tidak dipelajari di OGK.

Masih berkaitan dengan struktur jantung, beliau bertanya, "Memangnya berapa sih panjang pembuluh darah?" Teman-teman tidak ada yang menjawab karena memang tidak tahu termasuk saya juga tidak pernah memikirkan hal tersebut. 

"Pembuluh darah apabila dipanjangkan, dapat mencapai sekitar 5 km. Memangnya berapa sih diameter dari pembuluh tersebut? Kira-kira seukuran diameter satu rambut yang dibagi 10 lah." begitu beliau menjelaskan.

Informasi tersebut bukan tanpa alasan. Hal itu menjelaskan betapa kompleks dan rumitnya struktur peredaran darah kita. Selain itu, fakta bahwa organ yang pertama kali berfungsi ketika bayi memasuk hari ke tujuhnya adalah jantung, menambah bukti lain betapa pentingnya fungsi jantung tersebut bagi kehidupan. 

Sudah cukup menjelaskan mengenai struktur jantung lalu beliau memperlihatkan kepada kami sebuah gambar yang menjelaskan mekanisme terjadinya kontraksi dan relaksasi pada jantung. 

Kiranya gambar yang diterangkana seperti ini, tetapi tidak sama dengan yang ditampilkan beliau saat itu.


Jadi, mekanisme terjadinya kontraksi otot begini, pertama-tama sel saraf akan terjadi depolarisasi yang sampai dapat menyebabkan potensial aksi. Depolarisasi ini kemudian menyebabkan ion Ca2+ yang berada di luar dapat memasuki sel, kemudian ion Ca2+ ini dapat memicu ion Ca2+ lainnya yang berada di dalam kantung sarkolema retikulum (karena memang ion Ca2+ yang dari luar ini dapat berikatan dengan reseptor dinding kantung sarkolema retikulum. Adanya peningkatan ion Ca2+ di dalam sel ini kemudian menyebabkan adanya ikatan antara ion Ca2+ dengan troponin yang dengan adanya peristiwa tersebut juga menyebabkan penyatuan antara aktin dan miosin sehingga degan inilah terjadi kontraksi.

Kejadian relaksasi menyusul setelah adanya kontraksi, di mana ion Ca2+ kemudian dilepaskan dari ikatannya dengan troponin. beberapa ion Ca2+ kembali masuk ke sarkolema retikulum dan beberapa lainnya kembali keluar sel.

Jantung yang bekerjanya otonom ini diatur atau dikendalikan oleh sistem saraf pusat, yaitu di medulla dan pons-nya sebagaimana kita ketahui keduanya memiliki kendali dalam kontrol tekanan darah sehingga dengan kata lain juga bisa disebutkan bahwa kuat atau lemahnya dan cepat atau lambatnya kerja jantung dipengaruhi oleh keduanya.

Jika terjadi perubahan tekanan darah, bukan berarti secara langsung sistem saraf pusat yang datang menangani, melainkan mendelegasikannya kepada sistem saraf otonom atau perifer, seperti sistem saraf simpatis atau parasimpatis.

Contoh hormon yang dapat mengendalikannya antara lain epinefrin, norepinefrin, renin, aldosteron, dan ADH. Ibu Fadlin sempat bertanya, "Renin asalnya dari mana? lalu kalau ADH dari mana?" Kami dapat menjawab dengan baik karena kami sudah pernah mendapatkan pengetahuan ini, kami menjawab bahwa renin berasal dari ginjal dan ADH berasal dari kelenjar hipofisis.

Kemudian beliau bertanya lagi, "Kalian tahu kan bahwa fungsi utama ADH adalah dalam pengaturan konsentrasi air melalui kerjanya di ginjal? Lalu bagaimana cara atau mekanismenya sehingga ADH ini dapat pula mengendalikan tekanan darah?"

Saya sendiri tidak mengetahuinya, teman-teman di kelas juga tidak mengetahuinya. Kemudian beliau menjelaskan, bahwa ADH sebagai antidiuretik ketika bekerjanya menahan cairan, maka akan menyebabkan cairan di dalam tubuh bertambah, begitu juga Stroke Volume (SV) bertambah, tentunya Cardiac Output (CO)-nya juga bertambah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Mekanisme ini terjadi ketika adanya penurunan pada tekanan darah.

Selain itu, ada juga hal lainnya yang dapat mengendalikan tekanan darah, yaitu ANP (Atrial Natriuretik Peptida). Bekerjanya berlawanan dengan aldosteron dan ADH saat meretensi air karena ANP ini bekerjanya dengan tidak meretensi natrium (sehingga tidak pula meretensi air), maka SV menjadi berkurang, CO juga berkurang, sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

Dalam hal ini terdapat pula mediator kimia yang dapat mempengaruhi aliran darah. Kenapa aliran darah menjadi penting? Karena aliran darah juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Misalnya saja, mediator kimia, NO, dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.

Dua hal penting yaitu resistensi pembuluh darah dan volume darah juga berperan dalam tekanan darah. Apabila terjadi peningkatan pada resistensi pembuluh darah dan peningkatan pada volume darah maka tekanan darah juga meningkat. Begitu sebaliknya, apabila terjadi penururan pada resistensi pembuluh darah dan penurunan pada volume darah maka tekanan darah juga menurun.

Namun ternyata tidak selamanya tekanan darah meningkat menyebabkan volume darah juga meningkat. Karena adanya peningkatan tekanan darah juga ada intervensi dari Sistem Saraf Pusat (SSP), hormon, dan sebagainya.

Di dalam tubuh kita terjadi sistem autoregulasi, di mana tubuh berusaha sedemikian rupa untuk mempertahankan keseimbangan. Utamanya biasa terjadi di ginjal di mana konsentrasi air sering mengalami perubahan sehingga sering pula mengalami perubahan tekanan darah maka untuk upaya menuju keseimbangan dilakukanlah autoregulasi sehingga ketika tekanan darah naik sedikit, segera diupayakan untuk menurunkannya hingga normal, begitu pula apabila turun sedikit, segera diupayakan untuk ditingkatkan hingga normal.

Untuk informasi saja, penderita hipertensi, sering mengalami sakit kepala karena ketika terjadi peningkatan tekanan darah terjadi pula peningkatan tekanan pada intrakranialnya sehingga menimbulkan rasa sakit di kepala.

Bahasan yang paling penting pada mata kuliah OGK ini sebenarnya baru akan dijabarkan di bawah ini, yaitu beberapa patofisiologi yang terjadi pada sistem kardiovaskuler. Saat kamis itu, yang baru dijelaskan hanya mengenai trombus, aneurisma, stenosis, inkompeten katup, dan gangguan pada sistem konduksi.

Yang dimaksud dengan trombus adalah fragmen yang berada dalam sistem vaskuler, menyebabkan adanya gumpalan darah yang mana dengan adanya ini menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah, terhambatnya aliran darah, dan merusak intima pembuluh darah.

Trombus ini memiliki sifat koagubilitas yang merupakan suatu kemampuan untuk berkoagulasi sehingga dapat menarik trombosit-trombosit di sekitarnya untuk membentuk jembatan yang lama kelamaan menjadi makin tebal dan menghambat aliran darah.

Proses pembekuan darah biasanya yang menjadi pencetus terbentuknya trombus.

Sebelumnya perlu diketahui bahwa trombus ini masih menempel pada dinding pembuluh darah. Namun ketika sudah terlepas dan terbawa ke dalam aliran darah, maka disebut sebagai embolus. Embolus ini lebih berbahaya, karena ketika menjadi tromboemboli yang mana merupakan embolus yang terbawa sampai ke pembuluh darah di otak dan menyumbat di sana, dapat menyebabkan otak kekurangan oksigen sehingga menyebabkan stroke. Untuk informasi saja bahwa stroke dapat diakibatkan oleh dua hal. Bisa karena pecahnya pembuluh darah di otak atau karena adanya sumbatan atau blok yang menyumbat pembuluh darah di otak. Embolus inilah yang merupakan sumbatan tersebut.

Selain berasal dari lepasan trombus, embolus juga bisa berasal dari udara, lemak, dan cairan amnion. Karena udara bisa menjadi embolus juga, maka proses penginjeksian menggunakan jarum suntik harus hati-hati, jangan sampai ada gelembung udaranya, jadi untuk penginjeksian ini haruslah dilakukan oleh petugas yang berlisensi.

Kenapa adanya penyumbatan embolus ini menjadi berbahaya? Karena dari adanya embolus ini, bisa menjadi iskema, kemudian iskema bisa menjadi angina pektorina, lalu apabila terus berlanjut bisa menjadi infark miokard, kemudian kematian pada seluruh otot jantung, gagal jantung, hingga akhirnya dapat meninggal.

Yang dimaksud dengan iskemia adalah berkurangnya aliran darah. Yang dimaksud dengan angina pektorina adalah lanjutan dari iskemia yang sampai menyebabkan nyeri di dada. Yang dimaksud dengan infark miokard adalah kematian jaringan miokard.

Kemudian aneurisma, yang dimaksud dengan aneurima adalah adanya pelebaran pada pembuluh darah baik pembuluh darah itu keluar maupun mencembung, hal ini diakibatkan karena terlalu tingginya tekanan pada arteri secara terus menerus.

Faktor risiko aneurisma antara lain ateroma, hipertensi, dan pembentukkan kolagen abnormal (biasanya kongenital atau berupa cacat bawaan dari lahir). Aneurisma juga dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan (apabila aneurismanya pecah).

Terdapat 3 tipe aneurisma, antara lain:
  1. Saccular, membentuk benjolan
  2. Fusiform, melebar
  3. Dissecting, biasa terjadi pada lengkung arteri, yang kemudian terjadi infiltrasi darah dari sebelahnya

Lalu stenosis, yang dimaksud dengan stenosis adalah penyempitan pembukaan katup sehingga menyebabkan katup tidak dapat membuka secara sempurna yang kemudian juga dapat menyebabkan aliran darah terhambat.

 
Faktor risikonya adalah cacat kongenital dan inflamasi.

Stenosis dapat terjadi dimulai dari adanya demam rematik jantung kemudian terjadi infeksi, lalu inflamasi, hingga terbentuknya fibrosis di wilayah katup.

Akibat dari adanya stenosis ini adalah hipertropi otot jantung. Otot jantung mengalami pembesaran sebagai akibat dari adanya beban kerja yang berlebih. Kenapa beban kerja berlebih? Karena setiap kontraksi akibat katup tidak menutup dengan  sempurnanya menyebabkan selalu adanya sisa sehingga otot jantung perlu berusaha lebih keras untuk memompa. Pembesaran pada otot jantung ini disebut dengan kardiomegali.


Sebenarnya akibat dari stenosis yang paling parah adalah adanya edema pada paru.

Yang dimaksud dengan inkompeten katup ialah ketidaksempurnaan penutupan pada katup. Dalam hal ini, katup yang paling berisiko terjadi disfungsi adalah katup sebelah kiri karena katup sebelah kiri inilah yang kerjanya paling berat.

Faktor risikonya antara lain infeksi, cacat kongenital, dan fibrosis akibat inflamasi.

Sistem kardiovaskuler juga dapat mengalami gangguan pada sistem konduksinya. Apabila terjadi gangguan pada aktivitas listriknya maka ada gangguan pula pada jantungnya.

Yang termasuk pada gangguan sistem konduksi antara lain:
  1. Bradikardi, apabila denyut jantung kurang dari 60 kali per menit
  2. Takikardi, apabila denyut jantung lebih dari 100 kali per menit
  3. Asistol, terjadi ketika tidak ada aktivitas listrik sehingga tidak ada CO
  4. Fibrilasi, terjadi ketika kontraksi otot jantung tidak sistemik atau terkoordinasi dengan cepat
 Demikian yang bisa saya sampaikan. Apabila terdapat kesalahan saya mohon maaf karena saya juga masih belajar. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung :D

0 comments:

Post a Comment

If you want to be notified that I've answered your comment, please leave your email address. Your comment will be moderated, it will appear after being approved. Thanks.
(Jika Anda ingin diberitahu bahwa saya telah menjawab komentar Anda, tolong berikan alamat email Anda. Komentar anda akan dimoderasi, akan muncul setelah disetujui. Terima kasih.)